PSIKOLOGI HUMANISTIK: Sejarah Dan 2 Tokohnya

psikologi humanistik

Psikologi humanistik adalah salah satu pendekatan dalam psikologi yang menitikberatkan pada pengalaman subjektif manusia, pertumbuhan pribadi, dan potensi individu untuk mencapai aktualisasi diri. Berbeda dari psikologi behavioristik yang berfokus pada perilaku yang dapat diamati, serta psikologi psikoanalitik yang menyoroti konflik bawah sadar, psikologi humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi unik dan dorongan intrinsik untuk berkembang.

Sejarah dan Latar Belakang Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik berkembang pada pertengahan abad ke-20 sebagai respons terhadap keterbatasan pendekatan behavioristik dan psikoanalitik. Gerakan ini sering disebut sebagai "mahzab ketiga" dalam psikologi, setelah psikoanalisis (mahzab pertama) dan behaviorisme (mahzab kedua). Psikologi humanistik lahir dari keyakinan bahwa pendekatan yang ada tidak cukup untuk memahami kompleksitas dan keunikan pengalaman manusia.

Tokoh-tokoh utama dalam psikologi humanistik, seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers, percaya bahwa manusia memiliki dorongan bawaan untuk mencapai potensi maksimalnya. Mereka menekankan pentingnya memahami manusia secara holistik, termasuk dimensi emosional, spiritual, dan sosial.

Tokoh Utama dalam Psikologi Humanistik

1. Abraham Maslow

Abraham Maslow adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam psikologi humanistik. Ia dikenal melalui teorinya tentang hierarki kebutuhan, yang menggambarkan tahapan kebutuhan manusia dari yang paling mendasar hingga yang paling kompleks. Menurut Maslow, kebutuhan manusia dapat diurutkan dalam lima tingkat:

  1. Kebutuhan Fisiologis: Kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan tempat tinggal.
  2. Kebutuhan Keamanan: Rasa aman secara fisik dan emosional.
  3. Kebutuhan Sosial: Kebutuhan akan cinta, persahabatan, dan hubungan interpersonal.
  4. Kebutuhan Penghargaan: Pengakuan, rasa hormat, dan pencapaian.
  5. Kebutuhan Aktualisasi Diri: Pencapaian potensi penuh sebagai individu.

Maslow menekankan bahwa aktualisasi diri adalah tujuan tertinggi dalam hidup manusia, di mana seseorang dapat menemukan makna dan tujuan hidupnya. Dalam proses mencapai aktualisasi diri, individu juga mengalami pengalaman puncak (peak experiences), yaitu momen-momen kebahagiaan dan pemahaman mendalam yang melampaui kehidupan sehari-hari.

2. Carl Rogers

Carl Rogers adalah tokoh lain yang sangat berpengaruh dalam psikologi humanistik. Ia dikenal melalui pendekatannya yang disebut terapi berpusat pada klien (client-centered therapy). Dalam pendekatan ini, Rogers percaya bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri jika diberikan lingkungan yang mendukung.

Tiga elemen utama dalam terapi Rogers adalah:

  1. Keaslian (Congruence): Terapis harus bersikap autentik dan jujur dalam interaksi dengan klien.
  2. Penerimaan Tanpa Syarat (Unconditional Positive Regard): Terapis harus menerima klien tanpa penilaian atau kritik.
  3. Empati: Terapis harus memahami perspektif klien secara mendalam.

Rogers juga memperkenalkan konsep "diri ideal" dan "diri nyata". Menurutnya, individu mengalami ketegangan dan ketidakbahagiaan jika ada kesenjangan antara kedua aspek ini. Tujuan dari terapi adalah membantu individu untuk mencapai harmoni antara diri ideal dan diri nyata.

Prinsip-Prinsip Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik memiliki beberapa prinsip utama yang membedakannya dari pendekatan lain:

  1. Manusia adalah Makhluk yang Unik Setiap individu memiliki potensi unik yang harus dihargai dan dikembangkan.

  2. Pentingnya Pengalaman Subjektif Psikologi humanistik menekankan pemahaman terhadap pengalaman subjektif individu sebagai cara untuk memahami perilaku mereka.

  3. Dorongan Menuju Pertumbuhan Psikologi humanistik percaya bahwa manusia memiliki dorongan bawaan untuk berkembang dan mencapai potensi maksimalnya.

  4. Kebebasan dan Tanggung Jawab Manusia memiliki kebebasan untuk membuat pilihan dalam hidupnya, tetapi juga bertanggung jawab atas konsekuensi dari pilihan tersebut.

  5. Holisme Psikologi humanistik memandang manusia sebagai keseluruhan yang utuh, bukan sekadar kumpulan komponen atau perilaku.

Teori Pendukung dalam Psikologi Humanistik

1. Teori Aktualisasi Diri Maslow

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, teori ini menyoroti hierarki kebutuhan manusia dan tujuan akhir berupa aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa hanya sedikit individu yang benar-benar mencapai tahap ini karena banyak yang terjebak dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

2. Teori Kepribadian Rogers

Teori kepribadian Rogers menekankan pentingnya pengembangan diri melalui pengalaman yang konsisten dengan nilai dan tujuan individu. Ia percaya bahwa manusia memiliki "kecenderungan aktualisasi" (actualizing tendency), yaitu dorongan untuk berkembang menuju potensi maksimal.

3. Logoterapi Viktor Frankl

Meskipun lebih sering dikaitkan dengan psikologi eksistensial, logoterapi Viktor Frankl memiliki banyak kesamaan dengan psikologi humanistik. Frankl menekankan pentingnya menemukan makna dalam hidup, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Menurutnya, kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah mencari makna dan tujuan hidup.

Aplikasi Psikologi Humanistik

Pendekatan humanistik telah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk terapi, pendidikan, dan manajemen organisasi. Dalam terapi, pendekatan ini membantu klien memahami diri mereka sendiri dan menemukan cara untuk mengatasi masalah. Dalam pendidikan, psikologi humanistik mendorong pendekatan yang berpusat pada siswa, dengan fokus pada perkembangan potensi individu.

Di tempat kerja, prinsip-prinsip psikologi humanistik telah digunakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan karyawan. Pendekatan ini menekankan pentingnya memberikan pengakuan, penghargaan, dan kesempatan untuk berkembang kepada setiap individu.

Kritik terhadap Psikologi Humanistik

Meskipun memiliki banyak kelebihan, psikologi humanistik juga menghadapi kritik. Beberapa kritik utama meliputi:

  1. Kurangnya Validasi Ilmiah Banyak teori dalam psikologi humanistik yang sulit diukur atau divalidasi secara ilmiah.

  2. Terlalu Optimis Pendekatan ini sering dianggap terlalu optimis terhadap sifat manusia dan mengabaikan sisi gelap perilaku manusia.

  3. Kurangnya Fokus pada Aspek Sosial Psikologi humanistik cenderung lebih fokus pada individu dan kurang mempertimbangkan pengaruh faktor sosial dan budaya.

Kesimpulan

Psikologi humanistik telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami manusia sebagai individu yang unik dengan potensi untuk berkembang. Pendekatan ini menekankan pentingnya pengalaman subjektif, kebebasan, dan tanggung jawab dalam hidup. Meskipun menghadapi kritik, psikologi humanistik tetap relevan dalam berbagai konteks, termasuk terapi, pendidikan, dan pengembangan diri.

Daftar Pustaka

  1. Maslow, A. H. (1943). A Theory of Human Motivation. Psychological Review.
  2. Rogers, C. R. (1961). On Becoming a Person: A Therapist's View of Psychotherapy. Houghton Mifflin Harcourt.
  3. Frankl, V. E. (1959). Man's Search for Meaning. Beacon Press.
  4. Schultz, D. P., & Schultz, S. E. (2016). Theories of Personality. Cengage Learning.
  5. Misiak, H., & Sexton, V. S. (1973). Phenomenological, Existential, and Humanistic Psychologies: A Historical Survey. Grune & Stratton.

Posting Komentar